Saat ini penggemar ikan hias di tanah air sangat banyak dan selalu saja mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbanding lurus dengan itu, tentu saja kebutuhan akan pakan ikan hias maupun konsumsi juga akan meningkat khususnya pakan alami. Meskipun saat ini banyak terdapat pakan ikan buatan, namun kenyataannya kebutuhan akan pakan alami tidak dapat tergantikan begitu saja. Salah satu pakan alami yang banyak dicari dan diminati adalah cacing sutra. Apakah sobat budidaya tertarik mencoba ternak cacing sutra? Artikel ini akan membahas secara tuntas cara budidaya atau ternak cacing sutra tanpa lumpur. Yuk langsung simak aja..
Estimasi waktu baca: 12 menit
Sebelumnya beberapa kali kesempatan kami sudah banyak membahas cara budidaya penyedia pakan alami hewan peliharaan seperti budidaya jangkrik, budidaya kutu air, ternak ulat kandang, budidaya maggot BSF, dll. Menurut hemat kami budidaya di sektor penyedia pakan alami adalah salah satu sektor yang paling mudah dicoba bagi sobat budidaya yang baru mencoba usaha ternak. Selain mudah, sebagian besar usaha budidayanya tidaklah membutuhkan modal besar dan lahan yang luas. Sobat budidaya bisa pelajari selengkapnya ide usaha modal dibawah 300 ribu.
Satu lagi sobat budidaya yang mungkin bisa coba adalah usaha budidaya atau ternak cacing sutra tanpa lumpur. Cacing sutra banyak dimanfaatkan sebagai pakan alami ikan hias seperti ikan cupang, ikan guppy, koki, dll. Selain itu cacing sutra juga digunakan sebagai pakan alami larva ikan konsumsi seperti ikan lele, ikan nila, sidat, gabus, lobster air tawar, dll. Cacing sutra sangat diminati bukanlah tanpa alasan, kandungan yang ada pada cacing sutra sangat baik untuk kebutuhan nutrisi ikan hias maupun larva ikan konsumsi.
Cacing sutra mengandung kadar protein yang tinggi sebesar 57%, sehingga sangat baik sebagai pakan alami maupun tambahan untuk memenuhi kebutuhan ikan akan protein untuk memacu pertumbuhan optimal ikan hias dan larva ikan konsumsi. Tidak hanya protein, cacing sutra juga memiliki kandungan lemak sebesar 13%, serat kasar 2,04%, kadar abu 3,6%, air sebesar 87,7%, dan 13 macam asam amino yag terbagi menjadi 7 asam amino esensial dan 6 asam amino non esensial yang sangat baik untuk pertumbuhan dan kesehatan ikan hias maupun larva ikan konsumsi.
Kenal lebih dekat dengan cacing sutra
Cacing sutra (Tubifex sp) atau sering dikenal juga dengan nama cacing rambut ini dalam taksonomi digolongkan ke dalam kelas oligochaeta. Penamaan cacing sutra diambil dari bentuk tubuhya yang menyerupai sutra ataupun rambut.
Cacing sutra memiliki panjang 1-2 cm yang terdiri dari dua lapis otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhya yang berwarna merah kecoklatan.
Meskipun cacing sutra hidup di air namun mereka tidak mempunyai insang seperti lazimnya hewan air seperti ikan. Cacing sutra bernafas dengan cara difusi, yaitu memperoleh oksigen dari permukaan tubuhnya. Di habitatnya, kita akan mendapati cacing sutra bergerak seperti melambai-lambai secara aktif hal ini dapat membantu mereka memperoleh oksigen dari sirkulasi udara yang dihasilkan.
Habitat
Habitat cacing sutra (Tubifex sp) berada pada perairan air tawar yang dangkal dengan air sedikit mengalir (tidak deras). Cacing sutra dapat hidup dengan baik di perairan yang memilki kadar oksigen rendah bahkan tanpa oksigen meskipun tidak dalam jangka waktu yang panjang.
Cacing sutra sering kita temui di perairan dengan dasar lumpur yang mengandung banyak bahan organik sebagai media sekaligus sumber makanannya. Namun saat ini di penangkaran cacing sutra ternyata dapat di adaptasikan untuk hidup tanpa media lumpur. Namun untuk itu dibutuhkan cara budidaya atau ternak cacing sutra tanpa lumpur yang baik dan benar agar tidak mengalami kegagalan kedepannya.
Peluang usaha budidaya cacing sutra
Saat ini cacing sutra yang ada di pasaran masih banyak yang berasal dari tangkapan alam. Mengandalkan tangkapan alam untuk memenuhi kebutuhan pasar akan cacing sutra tentu saja tidak dapat diandalkan karena sangat tergantung kepada faktor cuaca. Untuk itu dibutuhkan sebuah upaya budidaya secara intensif dan berkelanjutan sehingga selain dapat memenuhi kebutuhan pasar akan cacing sutra juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas.
Cacing sutra banyak dimanfaatkan sebagai pakan ikan alami maupun pakan tambahan. Mengingat saat ini banyaknya penggemar ikan hias dan juga peternak ikan konsumsi di tanah air yang menjadi target pasar utama dari cacing sutra maka tentu saja peluang usaha budidaya cacing sutra masih sangat terbuka lebar.
Baca juga : Cara budidaya lobster air tawar
Kelebihan cara budidaya cacing sutra tanpa lumpur
Cara budidaya cacing sutra tanpa lumpur memiliki beberapa kelebihan dibandingkan cara budidaya cacing sutra yang menggunakan media lumpur. Berikut ini beberapa kelebihan cara budidaya sutra tanpa lumpur :
- Mudah dalam mengontrol.
- Pemanenan lebih mudah.
- Hasil panen yang didapat cenderung lebih bersih.
Cara budidaya cacing sutra tanpa lumpur
Cara ternak cacing sutra tanpa lumpur tidaklah sulit. Selain itu cara budidaya cacing sutra juga tidak membutuhkan modal yang terlalu besar dan dapat memanfaatkan lahan yang tersedia.
Berikut ini beberapa langkah dalam cara budidaya cacing sutra tanpa lumpur :
Persiapan bibit
Sobat budidaya bisa mendapatkan bibit cacing sutra dari toko-toko pakan ikan, peternak cacing sutra yang sudah ada maupun menangkap langsung dari alam. Setelah sampai, karantina bibit terlebih dahulu selama 2-3 hari dengan air mengallr (volume kecil) di wadah tersendiri. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan bakteri jahat yang dikhawatirkan terdapat pada cacing sutra terutama untuk cacing sutra yang berasal dari tangkapan alam. Gunakan air sumur atau air sungai yang bersih dan jangan gunakan air PAM. Jika terpaksa harus menggunakan air PAM, sebaiknya endapkan terlebih dahulu air PAM selama 2-3 hari sebelum digunakan.
Persiapan tempat budidaya
Pada umumnya ada 2 metode yang bisa sobat budidaya gunakan untuk tempat budidaya, yaitu dengan menggunakan rak atau tanpa rak.
1. Menggunakan rak
Kelebihan cara ini adalah irit tempat, karena sistem ini menggunakan nampan-nampan yang disusun sedemikian rupa di atas rak-rakan. Dengan cara ini sobat budidaya bisa menempatkan beberapa nampan sekaligus dalam satu rak. Kekurangannya sistem ini adalah sulitnya mengontrol keadaan cacing sutra, selain itu karena jumlah air yang ada pada nampan sedikit sehingga jumlah oksigen terlarutnya pun tentu saja sangat terbatas. Oleh karena itu sistem ini sangat tergantung pada listrik supaya pompa atau aerator selalu dalam keadaan hidup.
Cara pembuatan :
Alat dan bahan :
- Kayu atau besi sebagai bahan baku pembuatan rak.
- Palu, paku, dan gergaji
- Pompa air (Sesuaikan dengan rancana ketinggian rak yang dibuat, jika rak tinggi 1,5 m maka gunakan pompa air yang mampu mendorong air lebih dari 1,5 m)
- Nampan dengan ketinggian 8 cm – 10 cm, sedangkan lebar bisa sobat budidaya sesuaikan dengan lebar yang ada.
Sobat budidaya bisa membuat rak-rak seperti pada gambar. Sedangkan untuk ukuran bisa sobat budidaya sesuaikan dengan ketersediaan lahan yang ada. Beri lubang 1-2 cm dari bibir nampan. Susun nampan sedemikian rupa sehingga air yang jatuh pada nampan bagian atas akan jatuh pada nampan bagian bawahnya. Berikan tempat penampungan air di bagian dasar rak. Penampungan air ini berfungsi untuk menampung tetesan air yang jatuh dari atas nampan yang kemudian akan disalurkan kembali dengan menggunakan pompa air melalui pipa.
2. Tanpa rak
Cara budidaya cacing sutra juga bisa sobat budidaya lakukan tanpa menggunakan rak. Kelebihan metode ini adalah mudah dalam mengontrol perkembangan cacing sutra namun kelemahannya metode ini relatif membutuhkan tempat yang cukup luas.
Metode ini sobat budidaya bisa meggunakan kolam terpal dan kolam semen. Gunakan pompa air degan volume kecil untuk memenuhi kebutuhan oksigen terlarut pada kolam.
Persiapan makanan cacing sutra
Makanan cacing sutra di habitatnya adalah bahan-bahan organik yang sudah terfermentasi atau terurai dengan baik. Pada cara budidaya cacing sutra tanpa lumpur kali ini sobat budidaya bisa memberikan cacing sutra makanan seperti ampas tahu, kotoran ayam (pupuk kandang) dan bahan organik lainnya yang sudah terfermentasi.
Berikut ini cara fermentasi untuk pembuatan makanan cacing sutra :
Alat dan bahan :
Alat :
- Ember + tutup
- Pengaduk
Bahan :
- EM4
- Molase atau juga bisa digantkan dengan air gula
- Bahan baku makanan seperti ampas tahu atau kotoran ayam
Cara pembuatan makanan cacing sutra
- Campurkan 3-4 tutup botol EM4 dengan 2 sendok molase, kemudian tambahkan 1 liter air dan aduk hingga homogen.
- Tempatkan 3 kg bahan baku makanan cacing sutra kedalam ember.
- Campurkan larutan EM4 aktif yag sebelumya sudah dibuat kedalam ember.
- Aduk rata, pastikan semua bagian bahan baku terkena larutan EM4.
- Tutup ember dan simpan di tempat yang sejuk.
- Aduk bahan baku setiap hari, jangan lupa ember kembali ditutup.
Proses ini akan berlagsung selama 3-4 hari. Ciri-ciri bahan baku yang sudah terfermentasi dengan baik adalah berbau khas fermentasi seperti berbau tape dan tidak berbau busuk.
Penebaran cacing sutra
Langkah berikutnya setelah semua persiapan dilakukan adalah penebaran bibit. Tebar bibit cacing sutra yang sudah di karantina sebelumnya dengan menggunakan seser, jaring atau sendok. Sebaiknya lakukan penebaran pada sore hari untuk mengurangi resiko stress pada cacing sutra yang baru saja ditebar.
Kalau sobat budidaya menggunakan nampan sebagai media, sobat budidaya bisa melakukan penebaran bibit cacing sutra dengan padat tebar + 50 ml cacing sutra per nampan. Sedangkan jika menggunakan kolam (terpal/semen) cacing sutra bisa ditebar dengan kepadatan 250 ml cacing sutra per m2.
Perawatan
Pada dasarnya tidak ada perawatan yang berarti pada budidaya cacing sutra. Namun bukan berarti tidak penting, perawatan harian harus rutin dilakukan supaya ketika ada permasalahan sobat budidaya bisa langsung segera dapat mencari solusi dan mengatasi secepatnya sebelum menjadi masalah yang dapat menyebabkan kematian pada cacing sutra. Perawatan pada cara budidaya cacing sutra tanpa lumpur meliputi pemberian makan, pengecekan debit air, dan mengatasi hama dan penyakit.
Pemberian makan
Pada awal setelah bibit sutra baru saja ditebar, sobat budidaya tidak perlu langsung memberi makan. Karena pada saat ini cacing sutra masih beradaptasi di tempat yang baru. Memberi makan cacing sutra baru dilakukan setelah 10-14 hari setelah penebaran.
Setelah itu, berikan makan cacing sutra setelah makanan yang diberikan sebelumnya sudah habis atau biasanya 3-5 hari.
Pengecekan debit air
Hal ini sangat penting dan banyak menjadi faktor kegagalan para pemula dalam ternak cacing sutra. Terutama ketika sobat budidaya meggunakan sistem rak. Dengan sistem ini karena biasanya lubang tempat keluar air kecil sehingga sangat memungkinkan lubang dapat tersumbat lumut. Pastikan air selalu mengalir dalam volume kecil.
Selain pengecekan debit, sobat budidaya juga harus cek kebersihan air yang digunakan. Ganti air dengan air yang baru jika dirasa air yang lama sudah kotor. Pada umumnya pergantian air mesti dilakukan setelah 5-7 hari pada sistem rak dan satu bulan sekali pada sistem kolam budidaya.
Mengatasi hama dan penyakit
Pada dasarnya sampai saat ini belum diketahui dengan pasti hama dan peyakit pada cara budidaya cacing sutra tanpa lumpur. Yang biasa terjadi adalah kompetitor seperti cacing darah dan lumut. Cacing darah jika dibiarkan akan semakin banyak sehingga dapat menjadi kompetitor cacing sutra dalam mendapatkan makanan. Sama halnya dengan cacing darah, lumut pun bila sobat budidaya tidak rutin membersihkan dapat menjadi banyak sehingga akan mengurangi kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan cacing sutra untuk tumbuh secara optimal.
Solusinya ketika sobat budidaya mendapatkan permasalahan tersebut tidak ada kata lain selain selain segera membersihkannya dengan cara mengeringkan media budidaya.
Pemanenan
Akhirya tiba pada saat yang berbahagia yaitu pemanenan, hehe.. Pemanenan perdana (pertama kali) setelah penebaran bibit dapat di lakukan setelah + 3 bulan dan kemudian dapat dilakukan pemanenan secara rutin setiap 2 minggu sekali. Pada umumnya hasil yang didapat pada cara budidaya cacing sutra tanpa lumpur ini bisa mencapai 100%. Jadi, kalau sobat budidaya tebar sebanyak 50 ml cacing sutra per nampan maka diharapkan ketika pemanenan dapat diperoleh hasil cacing sutra sebanyak 100 ml cacing sutra.
Lakukan pemanenan dengan mengambil 50% dari jumlah cacing sutra yang ada di setiap nampan/kolam, sedangkan sisanya biarkan di tempat sebagai bibit cacing sutra selanjutnya.
Salah satu kelebihan cara budidaya cacing sutra tanpa lumpur ini adalah mudahnya pemanenan. Hal ini disebabkan pada sistem ini tidak adanya media lumpur sehingga cacing sutra yang dipanen jauh lebih bersih dibadingkan dengan sistem budidaya cacing sutra yang menggunakan media lumpur. Namun begitu, biasanya masih saja ada endapan kotoran maupun makanan yang mungkin masih tersisa.
Untuk memisahkan cacing sutra dari makanan atau kotoran, sobat budidaya bisa menempatkan cacing sutra di suatu wadah/ember/baskom lalu beri air secukupnya kemudian tutup wadah dengan kain berwarna hitam (gelap). Biarkan selama 3-5 jam, biasanya cacing sutra akan berada pada lapisan atas dari sisa makanan maupun kotoran, sehingga sobat budidaya mudah untuk memisahkan cacing sutra dari kotoran yang ada. Lakukan hal ini berulang kali sampai semua cacing sutra benar-benar terpisah.
Nah itulah cara budidaya atau ternak cacing sutra tanpa lumpur. Gimana mudahkan, sobat budidaya tertarik mencoba? Sobat budidaya juga bisa pelajari cara memulai usaha dari nol yang sudah kami susun sedemikian rupa dan harap bisa sobat budidaya jadikan panduan dalam membuat rencana dalam memulai usaha idaman sobat budidaya semua.
Akhir kata terima kasih sudah berkunjung, dan semoga bermanfaat. Salam merah merona, hehe…
Kami juga dapat diakses melalui Google News dan Whatsapp channel